"Bemo" Dan "Kol"
Sungguh beragam negeri ini, segala sesuatu terasa indah jika toleransi dan saling menjaga betul-betul dipraktekan dan memang selalu ada hikmah dibalik semua kejadian yang terjadi. satu kejadian dengan kejadian lain selalu bekaitan dan seakan tanpa sadar semuanya saling berkait dan menjadi sebuah sistem, saya sendiri terkadang tanpa sadar terbawa arus bahwa hidup itu seperti air mengalir dan tak tahu kemana tujuan semestinya berhenti, hanya prinsip hukum dasar bahwa air mengalir dari tempat yang paling tinggi ke tempat yang paling rendah yang menjadi patokan dasar bahwa ini dan itu "real", sepertinya hidup memang tidak harus selalu disesali, bagaimana? memang fitrah sebagai manusia yang mempunya "emosi" terkadang harus meluapkan apa yang dirasakan dengan berbagai ekspresi yang terkadang juga berlebihan. tapi toh kembali bahwa kita adalah manusia sebuah kontrol hidup harus melandasi itu semua.
Masih di pagi hari, saya kedatangan dua orang berbadan besar, tampang yang serius berlahan masuk dan mengucapkan selamat pagi, menyodorkan beberapa berkas yang isinya sungguh membuat saya dalam beberapa menit mengucapkan kalimat-kalimat palsu, tapi sepalsu apa juga tetap dalam hati ini saya harus menghormati tugas mereka dan memang setelah di cek dengan seksama tidak ada yang salah dalam isi berkas maupun tugas dan perkataan mereka, akhirnya dengan berat dan masih dalam kebingungan sebuah kontak dengan gantungan buaya yang terbuat dari manik-manik berpindah tangan.
Siangnya saya kebingungan untuk pulang dari tempat kerja di sini ada istilah "di bali itu harus punya kaki untuk kemana-mana", yang baru saya sadari sesudahnya yang ternyata maksud "kaki" adalah kendaraan bermotor. saya kebingungan betul, tidak ada angkot dan hanya ada taksi dan ojek saya pikir seperti itu tapi ternyata ada angkutan lain seperti busway di Jakarta, dengan rute Kuta-Nusa Dua bus ini melaju bersama dengan kendaraan lain, nahh.. justru yang membuat saya ingin mencoba adalah kendaraan bernama "bemo" mendengar kalimatnya saja saya sudah tertarik, kenapa? karena di Jakarta saja sudah jarang kendaraan tersebut berlalu-lalang, tapi ternyata bemo yang di maksud adalah sebuah mini bus, kerennn ekpsresi pertama yang saya tangkap setelah melihat kendaraan tersebut, jadi mengingatkan saya pada kampung halaman saya sebuah angkutan yang biasa di sebut "kol" angkutan desa yang murah meriah dengan beragam penumpang yang menaikinya. lumayan bisa mengobati kangen saya pada kampung halaman. Terimakasih Ya Allah ekngkaulah Tuhan yang Maha Agung.
Komentar
Posting Komentar